Aku dan Surabayaku

     Jadi tulisan kali ini bukanlah tulisan yang akan mengangkat isu sensitif. Hanya sedikit curhatan salah satu warga kota Surabaya yang beberapa hari lalu mendapat serangan teroris beruntun yang kalian semua pasti sudah tahu detailnya dari berbagai media sosial.

Sumber: Google

     Bermula saat J bertanya di telepon, "kamu nggak apa-apa?" Tentu saja aku jawab tidak apa-apa. Karena pada saat kejadian pun aku sedang berada di Gresik. Ini jawaban tidak bohong. Tapi juga tidak sepenuhnya benar. Karena walaupun secara fisik sehat walafiat, tetap saja secara psikis rasanya benar-benar trauma. Awalnya, kupikir serangan akan selesai di tiga ledakan bom hari Minggu pagi. Aku sudah sangat merasa berduka, tapi tidak merasa begitu takut untuk keluar atau bepergian. Keberanianku mulai goyah saat mendengar kabar bahwa sebuah bom meledak lagi di malam harinya. Jauh dari tempat tinggalku, tapi malam itu aku tidak bisa tidur. Apa kamu bisa merasakan bagaimana perasaanku sewaktu bangun di pagi hari dan mendapati berita lagi-lagi ada bom yang meledak di Surabaya? Dengan lokasi yang juga juga jauh dari lokasi bom-bom meledak sebelumnya.
     Lima bom, lima tempat berbeda, dan lima waktu berbeda. Semuanya acak. Kalau aku diminta menyebutkan hal yang paling membuatku kesal, adalah berada di tempat yang salah di waktu yang salahDeath is inevitable aku tahu itu. Bukan berarti aku tidak takut mati, tapi aku tidak pernah mempermasalahkan kapanpun aku meninggal. Yang penting aku sudah berusaha menjadi orang baik selama hidup di dunia. Amal perbuatan hanya Tuhan yang berhak menghitung. Tapi bisa bayangkan dong, niat pagi hari ingin keluar mencari sarapan, atau pergi ke mall untuk jalan-jalan, kemudian sewaktu melewati jalan tertentu tiba-tiba ada bom meledak. Ini aku pasti kesal sekali. Aku cuma ingin jalan-jalan. Pun melewati jalan yang biasa kulewati. Apa salahku kok aku harus tiba-tiba mati di tanganmu? Teroris jancok!
     Jadi, apalah arti hashtag #Suroboyowani kalau aslinya dalam hati ketar-ketir. Aku tidak ingin membohongi diri sendiri ya. Sama kecoa saja aku lari apalagi sama teroris. Jelas takut! Jadilah beberapa hari aku diam saja di rumah. Bosan, tapi mau bagaimana lagi. Ke minimarket saja takut. Berhenti di lampu merah, takut. Lihat banyak polisi bergerombol, takut. Bahkan lihat orang bermotor membawa anak kecilpun, aku ingin menjauh dari mereka karena pikiranku sudah kemana-mana. Setiap berada di jalan, rasanya sudah was-was. Takut tidak bisa kembali ke rumah. Apalagi, aku termasuk orang yang suka menghabiskan waktu sendiri. Kemana-mana sendiri. Nonton sendiri, ke mall sendiri. Bukan menyedihkan ya tapi memang aku lebih nyaman pergi sendiri.
     Sudah begitu sekian saja curhatanku. Pokoknya, di manapun kalian berada, stay safe ya teman-teman! Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Mohon maaf kalau selama ini ada perbuatanku yang kurang menyenangkan.

5 comments

  1. Semoga tidak terjadi apa-apa ya, aamiin

    ReplyDelete
  2. terorism have no religion !

    https://akangilhaam.blogspot.co.id/

    berkunjung balik ya sis :)

    ReplyDelete
  3. Thanks for sharing!

    XO, Jessi
    https://jmalay.com/first-family-vacay-babys-first-swim-👶🏻💦/

    ReplyDelete

Thank you for visiting my blog :)